Friday, August 31, 2012

Tentang Rasa...

Episode selanjutnya adalah tentang  bagaimana menyembunyikan sebuah rasa…masa transisi dari putih abu-abu menuju the real society atau masyarakat yang sesungguhnya, berada di bangku kuliah…bagiku bangku kuliah adalah bagaimana aku melukis indah masa depan, bukan lagi di putih biru atau putih abu-abu…awal semester, genderang masa adaptasi pun ditabuh…menjadi seperti aku ketika masa SMA adalah hal yang begitu sulit…
#temen-temen tau kan???
Menggambarkan susasana hati saat itu adalah simalakama…Dimakan bapak mati…dibiarkan ibu yang mati…Begitu dilematis…
Aku tak dapat memungkiri bahwa rasa itu memang ada dan nyata…aku tak pernah meminta agar cinta ini jatuh padanya…semuanya begitu singkat… Berawal dari frekuensi pertemuan yang semakin padat karena memang takdir selalu mempertemukan kami…

Thursday, August 16, 2012

Belajar dari Kelas 'Termarjinalkan'...


Bukan berarti tidak ada alasan jika saya lebih memilih ular bermesin ini menjadi tunggangan favorit saya.
Apa lagi kelas ekonomi. Mahasiswa ‘kere’ yang hanya mengandalkan rekening bulanan tentu bukan alasan utama yang mendominasi. Ada banyak hal-hal menarik yang tidak saya dapatkan jika saya menggunakan kereta beratribut bisnis atau eksekutif. Dan tentu akan ada banyak cerita jika menggunakan kendaraan yang satu ini.
Alasan lain adalah sikap dingin, angkuh dan arogan yang merupakan hal paling saya hindari dan tak akan pernah saya temui  di atas kereta ekonomi.
Pedagang asongan, sesuatu yang tidak dapat terlepas dari tiap gerbong yang melaju di atas lintasan besi. Juga keberadaan penumpang yang akan sangat berpengaruh. ketiganya tidak dapat ditarik secara linier maupun parsial. Entah simbiosis mana yang paling banyak berpengaruh dan menjadikan kehidupan di atas gerbong menjadi sinergis.

Tuesday, August 14, 2012

Bahagia Memberi, Bahagia Berbagi…

Hari itu saya sengaja mengajak seseorang untuk menemani saya makan siang. Bukan, mungkin lebih tepatnya makan sore, karena jam sudah melewati pukul 15.00. Ini sering sekali saya lakukan ketika saya merasakan kebosanan, bercerita, sharing atau diskusi sambil menikmati hidangan adalah salah satu cara menghilangkan kemalasan dan kebosanan.
Adalah minggu-minggu perjuangan, bagaimana saya mempertaruhkan integritas saya sebagai mahasiswa. ‘mencontek’ adalah hal yang akan membuat saya malu, bukan hanya kepada teman-teman dan orangtua saya, namun juga pada anak cucu saya (Aiiih…pikiranyaaa….hahah)
Sangat wajar, jika saya merasa lelah dan menginginkan untuk tidak melakukan apa-apa dan untuk tidak berfikir yang terlalu berat –baca: ingin refreshing :)
Kali ini saya membiarkan teman saya yang banyak berkata-kata dan bercerita, dan giliran saya yang harus banyak mendengarkan, menjadi pendengar yang baik.
Ia mengawali ceritanya dengan sedikit mengeluh, mengomentari keadaan teman-teman kelasnya yang banyak merepotkan dirinya. Yang datang kepadanya hanya ketika membutuhkan bantuanya, tak hanya sekali dua kali, dan tak juga seorang dua orang. Seperti tak ingin berusaha dan selalu mengandalkan orang lain. “mau jadi apa nantinya kalo selalu mengandalkan orang lain?” begitu tuturnya di akhir cerita.
Saya hanya tersenyum, mengamini setiap kata yang ia tuturkan. Sembari menyeruput es teh yang beberapa menit lalu saya pesan. Sejenak mengela napas panjang. Ingin menanggapi, namun lidah ini sudah terlalu lama kelu, hari itu saya benar-benar lelah dengan rutinitas kampus yang sedikit banyak memaksa saya agar tetap memiliki eksistensi ketika mereka meminta saya untuk ada.
Sekali lagi saya hanya tersenyum. Namun akhirnya saya pun angkat bicara, memecah sunyi dan memberikan apresiasi padanya atas apa yang ia ceritakan. Sejenak saya berkontemplasi dan berkonklusi, ada tiga hal yang saya coba untuk menjabarkannya.