Ada kala
dimana aku begitu mencintai diriku. Sebagi kompensasi apa yang selama ini aku
perintahkan untuknya, kubelikan ia baju-baju yang bagus, ia inginkan kemeja,
aku beri ia kemeja bunga-bunga, tanda hati ini berbunga, rela karenanya. Ia
inginkan aku merawat wajah karena sering kuajak ia bersapa dengan panas dan
debu, kuantar ia ke jalan Gajah Mada, berelaksasi dengan musik yang mendayu,
biar sebenarnya banyak agenda yang harus aku kerjakan selainnya. Ia inginkan
makanan hangat, kujamu ia biar hujan menjadi tantangan. Kurawat ia sepenuh
hati, hingga ia tak merasa menderita karenaku atau karena hal lain. Aku
mencintainya, sungguh.
Namun juga
ada kala dimana aku begitu kesal dengan apa yang ia lakukan. Tak patuh pada si
empunya yang memberikan ia kenyamannan. Akupun heran kenapa ia menjadi liar dan
binal bak jalang akhir-akhir ini. Bukankah segalanya telah aku perturutkan
untuknya?