Pemuja aksara
Hampir-hampir semua yang ada di dunia ini tak akan menjadi arti dan
berarti jika tak ada aksara yang mewakili setiap ekspresi.
Dosen saya bilang, yang membuat pembaca menjadi liar, sedih, bahagia,
menangis, bahkan terbahak bukanlah si empunya buku, melainkan kata-kata,
melainkan rangkaian aksara.
Yah, begitulah aksara. Tak pernah terlahir dari rahim ibu dan tak pernah
mati berkalang tanah. Aksara itu bahkan akan tetap hidup di tengah kematian
para penulisnya.
Sebegitu hebatkah aksara itu?
Sampai-sampai jika manusia ingin menguasai dunia, ia harus menaklukan
jutaan aksara yang dipatri dalam kitab.
Saya juga tak dapat membayangkan, apa jadinya jika dunia tak beraksara.
Kosong, sunyi, dan hampa.
Dunia gelap dan tak bernapas.
Membosankan bahkan menyakitkan.
Dan pada akhirnya muncul sebuah konklusi..
Bahwa
Para penulis itu…
Ah, para penulis itu…
Dan para manusia itu…
Tak lain adalah para pemuja aksara…